- Bagaimanakah pergorbanan Yesus yang lalu memberikan implikasi kepada kehidupan manusia hingga hari ini?
- Bagaimanakah mustahilnya sehingga Anak Tuhan mesti mati untuk kita?
- Kenapakah Tuhan merendahkan diriNya dari segala kemuliaanNya serta turun dari takhtaNya menjadi manusia, hidup di kalangan manusia "kaum Adam yang keji"
Setelah Charles Wesley menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, inilah soalan-soalan yang timbul dalam pemikirannya. Setelah menempuh krisis kehidupannya dalam May 20, 1738, dengan bantuan Tuhan, beliau menulis : "Pada tengah malam itu, aku menyerahkan diriku kepada Yesus. Saya dipastikan selamat semasa saya tidur atau sebaliknya. Saya akan berterus untuk belajar dari pengalaman dalam menerima kuasaNya untuk mengatasi segala dugaan hidup. Saya bersaksi dengan hati yang gembira serta riang bahawasanya Dia dapat memberikan lebih kepadaku, lebih dari permintaan serta pemikiranku"
Walaupun Charles Wesley adalah seorang Arminian, dia mentaati perintah Tuhan serta hubungannya dengan Tuhan adalah mendalam. Tidak kiralah apalah categori teologi seseorang itu, yang mustahak dalam kehidupannya mencerminkan imannya kepada Tuhan melalui merenung Firman Tuhan setiap hari, menurut perintah Tuhan serta mengasihi orang lain. Orang itu dapat menerusi perubahan dalam hidupnya melalui Ruh Kudus.
Ini dapat digambarkan dalam sifat Charles dalam lagu himnenya Mungkinkan aku pun serta atau dalam bahasa Inggerisnya "And Can It be that I should Gain"
Mungkinkah aku pun serta
tertolong oleh darah-Nya?
Akulah pangkal siksa-Nya,
yang menyebabkan mati-Nya.
Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku!
Ref:
Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku!
Para malak sekalipun
Tiada dapat mengerti
Apa sebabnya Yang Kudus
Menanggung siksa yang keji.
Kasihnyalah alasannya
Menanggung dosa dunia.
DitinggalkanNya takhtaNya
dan masuk dunia yang cemar;
ditanggalkanNya kuasaNya,
terdorong kasih yang besar
dan aku pun tertolonglah,
Terpilih jadi milikNya.
Jiwaku lama menjerit,
dipasung dosa yang seram.
SuryaMu bagiku terbit;
penjaraku pun benderang.
Terbukalah pasunganku;
’ku bangkit dan mengikutMu.
Di dalam Yesus Penebus
hukuman dosa hilanglah.
Kudapat hidup yang kudus,
jubahku kebenaranNya;
’ku mendekat ke takhtaMu
hndak terima tajukku.
And Can It Be That I Should Gain
And can it be that I should gain
An interest in the Savior’s blood?
Died He for me, who caused His pain—
For me, who Him to death pursued?
Amazing love! How can it be,
That Thou, my God, shouldst die for me?
Amazing love! How can it be,
That Thou, my God, shouldst die for me?
’Tis mystery all: th’Immortal dies:
Who can explore His strange design?
In vain the firstborn seraph tries
To sound the depths of love divine.
’Tis mercy all! Let earth adore,
Let angel minds inquire no more.
’Tis mercy all! Let earth adore;
Let angel minds inquire no more.
He left His Father’s throne above
So free, so infinite His grace—
Emptied Himself of all but love,
And bled for Adam’s helpless race:
’Tis mercy all, immense and free,
For O my God, it found out me!
’Tis mercy all, immense and free,
For O my God, it found out me!
Long my imprisoned spirit lay,
Fast bound in sin and nature’s night;
Thine eye diffused a quickening ray—
I woke, the dungeon flamed with light;
My chains fell off, my heart was free,
I rose, went forth, and followed Thee.
My chains fell off, my heart was free,
I rose, went forth, and followed Thee.
Still the small inward voice I hear,
That whispers all my sins forgiven;
Still the atoning blood is near,
That quenched the wrath of hostile Heaven.
I feel the life His wounds impart;
I feel the Savior in my heart.
I feel the life His wounds impart;
I feel the Savior in my heart.
No condemnation now I dread;
Jesus, and all in Him, is mine;
Alive in Him, my living Head,
And clothed in righteousness divine,
Bold I approach th’eternal throne,
And claim the crown, through Christ my own.
Bold I approach th’eternal throne,
And claim the crown, through Christ my own.
No comments:
Post a Comment